6 Fakta Unik Mengenai Hari Raya Imlek yang Jarang Diketahui Orang
Posted on: Januari 28, 2022
Jatuh tepat pada 1 Februari pada tahun ini, hari raya Imlek masih menjadi perayaan yang dinanti dan disambut antusias oleh sebagian besar masyarakat Tionghoa di Indonesia. Hari raya Imlek menjadi momen terbaik untuk masak dan makan hidangan lezat, kumpul bersama keluarga besar, sampai berbagi rezeki melalui tradisi membagikan angpao.
Menilik kembali sejarahnya di tanah air, Imlek sendiri baru diakui secara resmi sebagai hari libur nasional dan perayaan kebudayaan resmi pada era Reformasi. Setelah sebelumnya perayaannya dilarang, Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur mencabut larangan tersebut pada tahun 2000.
Di Indonesia, Imlek merupakan waktu untuk beribadah terutama bagi pemeluk agama Konghucu. Sementara, bagi warga Tionghoa beragama lain, Imlek menjadi ajang untuk bertemu saudara dan kerabat yang sudah lama tidak ditemui, berbagi makanan dan uang, sampai berlibur dan bertamasya.
Sementara itu, di negara asalnya, Imlek atau Tahun Baru Cina memiliki beberapa makna dan perayaan yang benar-benar berbeda. Ada sejumlah tradisi yang sama sekali tidak dilakukan di Indonesia, yang bahkan masyarakat Indonesia dengan darah Tionghoa saja belum tentu mengetahuinya.
Dari pengucapan ‘Gong Xi Fa Chai’ yang ternyata kurang tepat padahal sangat lazim diucapkan pada saat Imlek di Indonesia, sampai nilai-nilai filosofis yang mendalam dari beragam aktivitas dan tradisi yang dilakukan dalam memperingati Tahun Baru Imlek.
Dekoruma sudah mengumpulkan enam fakta unik dan menarik dari perayaan hari raya Imlek yang jarang diketahui oleh orang lain, termasuk Anda yang mungkin merayakan Imlek bersama keluarga setiap tahunnya.
1. Di Negara Asalnya, Imlek Disebut dengan Festival Musim Semi
Di Cina, Imlek juga dikenal sebagai festival musim semi atau ‘chunjie’ daripada sebagai ajang tahun baru atau ‘Nongli Xinnian’. Imlek menandakan pergantian musim dari musim dingin menuju ke musim semi. Maka dari itu, Imlek jatuh di bulan Januari atau Februari setiap tahunnya dengan tanggal yang berbeda-beda.
Menariknya, Imlek juga menjadi libur nasional yang terpanjang di Cina. Minimal berlangsung selama lima belas hari sampai puncaknya pada Cap Go Meh yang mana akan ada serangkaian ritual ibadah dan sembahyang yang akan dilakukan.
Namun, libur Imlek terpanjang malah bisa mencapai 40 hari lamanya. Ini dikarenakan perayaan Imlek digabung dengan perayaan festival-festival lain sepanjang musim semi.
2. Punya Kemiripan dengan Perayaan Idul Fitri
Dengan banyaknya hari libur selama Imlek, momen ini menjadi waktu bagi masyarakat di Cina untuk pulang kampung atau mudik. Arus mudiknya pun sangat masif dengan rekor 3 miliar perjalanan yang dilakukan oleh warga yang pulang ke daerah asalnya pada Imlek tahun 2020.
Fenomena ini merupakan rekor migrasi terbesar manusia di dunia dan polanya memiliki kemiripan dengan perayaan Idul Fitri di Indonesia. Yang mana, masyarakat yang merayakan lebaran akan pulang ke kampung halaman untuk merayakan lebaran bersama keluarga.
Konsep ini juga yang dilakukan oleh penduduk Cina yang merayakan tahun baru Imlek bersama keluarganya, seraya melakukan tradisi-tradisi khas Imlek yang beberapa juga dilakukan oleh masyarakat Tionghoa di Indonesia.
3. Ucapan ‘Gong Xi Fa Chai’ Ternyata Kurang Tepat
Sebelum masuk ke kebiasaan dan tradisi yang familiar dengan masyarakat Indonesia, satu tradisi yang kurang tepat dan dilakukan oleh orang-orang yang merayakan Imlek di Indonesia adalah ucapan ‘Gong Xi Fa Chai’. Ucapan ini sudah sangat terkenal, bahkan orang yang tidak merayakan Imlek juga tahu apa artinya.
Meskipun demikian, ‘gong xi fa chai’ ternyata tidak ada hubungannya dengan Imlek. Ungkapan ini artinya mendoakan orang untuk mendapat kekayaan dan rezeki. Padahal, asal-usul ucapan ini adalah tentang mitologi Cina yang mengalahkan monster bernama Nian dan semua orang mengucapkan ‘gong xi’ yang berarti selamat.
Lebih tepat untuk mengucapkan ‘Xi Nian Kuai Le’ yang memang memberikan selamat terhadap momen pergantian tahun. Ucapan ini berarti mengharapkan kebahagiaan dalam menyambut tahun baru yang lebih sesuai dengan momen Imlek.
4. Membersihkan Rumah Sebagai Simbol Membuang Sial
Satu sampai dua minggu menjelang Imlek, keluarga yang merayakan Imlek akan mulai membersihkan rumah sebagai simbol untuk membuang sial. Kotoran yang dibuang melambangkan terbuangnya segala keburukan yang menghalangi keberuntungan dan rezeki masuk ke dalam rumah.
Menariknya, ketika Imlek, justru orang pantang untuk membersihkan rumah. Ini dikarenakan ada anggapan bahwa bila membersihkan rumah tepat saat hari raya Imlek, keberuntungan dan rezeki yang masuk ke dalam rumah bisa ikut tersapu keluar.
Ini juga berlaku dengan perawatan diri seperti keramas, mandi, dan potong rambut. Yang mana, beberapa orang percaya bahwa membersihkan diri pada saat Imlek malah membuat keberuntungan yang datang terbuang begitu saja.
5. Makna Mendalam dari Angpao
Angpao merupakan amplop merah berisi uang yang diberikan oleh seseorang yang sudah menikah kepada orang lain yang belum menikah. Angpao ini merupakan simbol yang mana penerimanya akan mendapatkan doa, berkat, rezeki, kemakmuran, dan kebahagiaan di tahun baru ini.
Angpao juga dianggap sebagai cara untuk menolak kesialan dan bencana untuk orang yang menerimanya. Tradisi angpao sendiri sudah bisa ditelusuri ke zaman Dinasti Qin (221-206 SM) yang dipertahankan sampai sekarang.
Warna merah pada amplop yang juga menjadi warna yang identik dengan keseluruhan perayaan Imlek juga merupakan warna yang melambangkan kemakmuran, kesejahteraan, dan keberuntungan.
6. Membakar Uang Mainan dan “Emas Batangan” untuk Hormati Leluhur
Di tengah kemeriahan dan gegap gempita menyambut Imlek, masyarakat Konghucu juga melakukan ibadah dan ritual selama Imlek. Salah satunya adalah untuk menghormati para leluhur yang sudah mendahului mereka.
Tidak hanya dengan hio dupa, orang-orang juga akan membakar uang mainan atau kertas emas yang dibuat seperti emas batangan untuk dibakar. Aktivitas ini merupakan bentuk doa bagi para leluhur untuk keberuntungan dan kemakmuran nenek moyang di akhirat.
Tradisi ini juga disebut sebagai uang arwah yang juga sudah menjadi ritual yang dilakukan selama ribuan tahun dan turun-menurun. Aktivitas ini juga berarti anggota keluarga yang masih hidup mengikhlaskan kepergian para leluhur ini agar tenang di alam baka.
Selain yang telah disebutkan di atas, masih banyak lagi tradisi-tradisi Imlek yang sangat beragam dan kaya akan budaya dan tradisi. Perayaan Imlek juga biasanya ditutup dengan pesta lampion dan kembang api sebagai bentuk perlawanan terhadap energi jahat dengan cahaya terang.
Sumber: Suara.com